[Review] Crush The Movie - Cherrybelle (2014)

Dibuka dengan opening title yang keren (menyorot skycraper Melbourne Skyline), film produksi BrainstormInc ini mengisahkan permintaan produser (Farhan) girlband Cherrybelle yang ingin mengubah imej dan koreo cute menjadi lebih progresif. Keputusan tersebut diawali dengan didatangkannya Andre Sentanu (Deva Mahendra) untuk melatih kedelapan personel setelah Anisa memutuskan keluar lantaran menerima beasiswa pendidikan.

Sayangnya, rencana mengubah style terancam batal setelah Andre berhenti melatih karena mendapati surat cinta misterius di lokernya. Peraturan memang menyebutkan tak boleh ada hubungan asmara antar manajemen.

Tak sampai di situ, masalah lain hadir dari kakak Angel bernama Karen (Yuanita Christiani) dan temannya Julie (Uthie Nastiti) yang tergabung dalam kelompok tari Street Society Girls di Melbourne. Dengan kejam dan pamer tarian luar biasa atraktif, mereka menyebut Cherybelle sebagai circus de soleil alias rombongan sirkus.

Cherrybelle tentu tak mau disebut gerombolan Sirkus.

Untuk membuktikan bahwa mereka berbeda, kedelapan anggota Cherrybelle menerima tantangan battle dance dengan koreo hip hop. Namun sebelum itu mereka harus mencari Andre yang menghilang dan belajar apa makna dari menari sebenarnya.

CRUSH adalah film kedua Cherrybelle setelah LOVE IS U yang dirilis pada 2012 silam. Di bawah tangan dingin sutradara kondang Rizal Mantovani, film yang naskahnya ditulis Alim Sudio ini berhasil menjadi tontonan yang tak hanya seru dan lucu, tapi juga memotivasi.

Tidak menyajikan drama dibalut musik dan tari dengan bangunan cerita yang keropos seperti film sebelumnya, fitur yang diproduseri Iraving Artemas ini sukses menjual drama yang mengikat disertai balutan konflik yang solid. Film diperkuat oleh jajaran cast yang dipersiapkan dengan matang seperti pemilihan Uthie Nastiti sebagai karakter antagonis bernama Julie, serta driver konyol bernama Winny yang diperankan Yova Gracia. Keduanya berhasil mencuri perhatian tersendiri.

Cherrybelle pun berhasil menunjukan progres signifikan dalam hal berakting. Walau tak jauh beda dengan pembawaan sehari-hari, dalam CRUSH mereka tampil menggigit. Terutama dengan koreo saat battle di Melbourne yang saya pikir lumayan nendang untuk genre dance movie yang cukup jarang di hadirkan filmmaker lokal.

Dan terakhir tentu saja untuk Rizal Mantovani yang berhasil memberikan tontonan menghibur namun juga berisi. Dengan style yang khas, tidak terlalu 'menor' dalam warna dan editing yang rapi, film menjadi sangat nyaman ditonton.

NB: Oh ya, jangan terburu-buru beranjak dari kursi setelah film berakhir. Karena ada adegan tambahan yang sayang untuk dilewatkan.

Subscribe for our Newsletter

RE-IMAGINING THE WAY
Back to top